Seni Gambang Kromong. [detiknews] |
Bagi masyarakat Betawi,
Gambang Kromong merupakan seni musik yang telah ada dan masih terjaga
keberadaaannya sampai sekarang ini walau pun hingar-bingar Kota Metropolitan
sedikit menutup akses pelestarian seni musik tradisional yang satu ini.
Pemerintah DKI terus berupaya untuk tetap melestarikan seni Gambang Kromong
karena dianggap mempunyai nilai seni maha karya dan sudah menjadi simbol bagi
masyarakat Betawi dari dulu sampai sekarang.
Tak baik bagi kita hanya
mendengar tanpa mengenal lebih dekat Gambang Kromong, melalui tulisan ini
diharapkan semua anak bangsa mengerti dan memahami betapa penting Gambang
Kromong bagi perjalanan sejarah bangsa.
Gambang kromong terdiri dari beberapa instrumen musik utama, yaitu :
- Gambang (silofon) dengan 18 nada yang dilaras/tangga nada pentatonic dengan panjang tiga setengah oktaf;
- Sepuluh buah gong kettle kecil (kromong) yang dilaras pentatonic sepanjang 2 oktaf
- Sebuah tehyan alat musik yang berasal dari Tionghoa yang cara memainkannya digesek.
- Sebuah flute/seruling yang berasal dari Tionghoa
- 2 buah gong gantung(kempul dan gong) kendang, dan kecrek, instrument tersebut adalah asli Indonesia
- Satu atau lebih gitar elektrik sebagai bass mampun melodi
- Satu atau lebih alat musik barat seperti trompet, clarinet saxofon, keyboard instrumen tersebut berasal dari barat.
Masyarakat pemilik/pendukung kesenian ini adalah masyarakat Tionghoa
keturunan dari perkawinan campur Tionghoa-Pribumi, dan milik masyarakat Betawi
asli yang saat ini mulai bergeser dari pusat Jakarta ke pingiran Jakarta
seperti Bogor utara dan Tangerang.
Masyarakat keturunan Tionghoa disini adalah orang Tionghoa yang berasal
dari Hokkian dari daerah Fujian di sebelah selatan Tiongkok yang
datang ke Batavia/Jakarta dan melakukan perkawinan dengan masyarakat pribumi
(betawi). Sedangkan masyarakat betawi adalah berasal dari hampir seluruh
wilayah di Indonesia yang dibawa oleh pemerintah colonial sebagai budak dan ada
yang sengaja datang untuk bekerja atau berdagang. Karena pada masa itu
pelabuhan di Batavia/Jakarta adalah pelabuhan teramai dan menjadi sebuah pusat
perdagangan sangat sibuk.
Lalu kelompok para pendatang inipun menetap di Batavia dan hidup dalam
sebuah perkampungan besar yang dihuni oleh beragam etnis lalu lahirlah kesenian
yang dinamakan Gambang Kromong sebuah seni tradisi yang unik karena terjadinya
alkulturasi budaya Tionghoa dan masyarakat pribumi dari latar belakang budaya
yang berbeda pula.
Hingga saat ini kesenian gambang kromong masih dipentaskan dalam
acara-acara perkawinan maupun pertunjukan lenong/teater rakyat.
Kehidupan harmonis antara masyarakat keturunan/tionghoa dengan masyarakat
pribumi tercermin dari kesenian Gambang kromong yang merupakan produk budaya
bersama, sehingga kita teramat sangat prihatin dengan gesekan-gesekan social
antara warga pribumi dengan masyarakat non pribumi seperti yang terjadi pada
tahun 1998 karena peristiwa tersebut telah mengkianati persaudaraan yang telah
terjalin ratusan tahun yang lalu yang diajarkan oleh nenek moyang kita. Semoga
kita dapat belajar dari sejarah bahwa pluralisme dan keberagaman itu indah.
Naga dan Garuda dapat bahu membahu menapaki perjalanan waktu.
Sumber : http://seninusantara.blogspot.com
gimana kalu seni gambang kromong dipentaskan juga diacara seni tabot bengkulu, jd kesenian luar termasuk gambang kromong juga ikut acara seni tabot bengkulu..kan jd tambah seru acara tabot bengkulu....biar orang bengkulu tau juga dengan kesenian dari luar bengkulu......
ReplyDelete